Asumsi-Asumsi Komunikasi Antarbudaya
By: Muhamad Arif Roziqin – Mahasiswa IAIN Palangka Raya
![]() |
Muhamad Arif Roziqin |
WAPSABLOGGER.ID - MAKALAH
Pendahuluan
Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari komunikasi antar sesama. Dengan berkomunikasi, manusia dapat melangsungkan kehidupannya dengan baik, yaitu dengan bertukar pikiran, pendapat, gagasan atau ide dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat membantu untuk meningkatkan kualitas kehidupannya sehari-hari. Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk saling berinteraksi atau berkomunikasi agar saling kenal mengenal, sehingga akan terjalin ukhuwah islamiyah yang damai dan sejahtera. Sebagaimana telah disebutkan dalam al-Quran surah al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti” (QS. al-Hujarat [49]: 13). (Kementerian Agama RI, 2019).
Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa manusia telah diciptakan Allah SWT dengan segala perbedaan baik suku, bangsa, agama, bahasa, dan lainya agar saling kenal-mengenal. Sehingga akan menciptakan kebudayaan baru dan menambah dan berbagi pengetahuan serta pengalaman satu dengan yang lainya. Setiap hari manusia bertemu dengan orang lain yang berbeda latar belakang baik suku, budaya, agama, ras, atau etnis. Dengan adanya perbedaan ini, manusia dituntut agar mampu saling berkomunikasi dengan baik, agar tercapai tujuan komunikasi dan memberikan feedback serta manfaat dari kedua belah pihak tanpa merugikan satu dengan lainnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh (Heryadi & Silvana, 2013), bahwa komunikasi antarbudaya adalah kegiatan berinteraksi atau komunikasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang berbeda latar belakang baik dari segi suku, bangsa, bahasa, agama, etnis, ras, gender, adat istiadat, dan lain sebagainya.
Zaman sekarang, komunikasi bisa dilakukan secara langsung (face to face) dan tidak langsung melalui media sosial. pesatnya kemajuan zaman dan teknologi memudahkan manusia dalam melakukan interaksi komunikasi tanpa batasan jarak dan waktu. Hal tersebut memudahkan orang saling mengenal satu sama lainya. Sehingga komunikasi dapat dilakukan oleh siapa pun. Pesatnya arus globalisasi memudahkan manusia dalam bertukar budaya, baik dalam negeri maupun luar negeri. Dengan demikian jika ingin mengetahui kebiasaan orang asing tidak perlu lagi datang ke luar negeri, dengan menggunakan media sosial sudah bisa melakukan interaksi dengan orang yang berada di luar negeri. Sehingga pada zaman sekarang, sangat mudah mendapatkan akses untuk saling bertukar informasi dan saling mengenal dengan orang-orang yang berbeda suku bangsa, agama dan lain sebagainya termasuk dengan orang dari negara lain.
Pada makalah ini akan menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan asumsi-asumsi komunikasi antarbudaya dan hal lainnya yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Rumusan masalah pada makalah ini yaitu bagaimana pengertian komunikasi antarbudaya?; Bagaimana asumsi-asumsi mengenai komunikasi antarbudaya?; dan apa tujuan dan fungsi asumsi-asumsi komunikasi antarbudaya?
Pembahasan
Pengertian Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya adalah pertukaran pesan oleh dua orang atau kelompok dengan latar belakang budaya yang berbeda. Dalam menyampaikan pesan yang dilakukan komunikator kepada komunikan biasanya dihadapkan pada kesalahan penafsiran pesan. Hal itu terjadi karena setiap individu memiliki karakteristik dan budaya yang berbeda. Sehingga dapat membuat pemikiran atau pemaknaan pesan yang berbeda pula. Tidak hanya itu, hal itu juga menentukan cara kita bertukar pesan atau ide yang dipengaruhi oleh berbagai aspek yaitu bahasa, aturan, dan norma yang ada pada masing-masing budaya.
Guo-Ming Chen dan William J. Starosta dalam bukunya Alo Liliwei Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang memandu perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai sebuah kelompok (Liliweni, 2004).
Ada tiga pendekatan yang dapat kita gunakan untuk mempelajari komunikasi antarbudaya. Pertama, pendekatan fungsional yiatu kebiasaan manusia dapat diketahui melalui penampilannya dan dapat digambarkan oleh mata kita, sehingga dapat melihatnya dengan jelas. Kedua, pendekatan interpretative yaitu sebenarnya sifat dan karakter seseorang dapat dibangun menurut pemikiran dan pandangan pribadi. Ketiga, pendekatan yang menekankan kreativitas yaitu adanya interpretasi dominasi di dalamnya karena budaya tidak hanya melahirkan interpretasi atau interpretasi (Priandono, 2016).
Hubungan Antara Komunikasi dan Budaya
Dalam mempelajari komunikasi antarbudaya harus dapat memahami apa saja perbedaan antara komunikasi dan budaya itu sendiri. Komunikasi dan budaya sangat berpengaruh satu sama lain. Dengan memahami kedua maknanya masing-masing, akan mengetahui hubungan antara keduanya. (Mulyana & Rakhmat, 2006) menjelaskan bahwa sebenarnya komunikasi dan budaya itu saling berkaitan. Budaya merupakan bagian dari perilaku komunikasi, karena perilaku akan mencerminkan bagaimana budaya seseorang. Komunikasi juga berperan dalam mengembangkan dan mewariskan budaya dengan menyampaikan pesan verbal dan nonverbal.
Asumsi-Asumsi Komunikasi Antarbudaya
1. Perbedaan Persepsi Antara Komunikator dan Komunikan
Perbedaan persepsi komunikasi antarbudaya merupakan bentuk pembedaan terhadap norma budaya dan pola pikir yang ada dalam sistem budaya.
2. Komunikasi Antarbudaya Mengandung Isi dan Hubungan Interpersonal
Secara alamiah, proses interaksi yang terjadi antarbudaya bersumber dari hubungan sosial antarbudaya yang membutuhkan komunikasi. Hubungan manusia dapat mempengaruhi bagaimana informasi atau pesan dapat diterima oleh komunikan (Liliweni, 2004).
3. Personal Style Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Pendapat Candia Elliot “Secara normatif, komunikasi interpersonal mengandalkan gaya komunikasi yang berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut orang. Nilai-nilai tersebut berbeda di antara kelompok etnis yang dapat mendukung dan mungkin merusak perhatian ketika orang berkomunikasi. Di sini gaya dapat dikaitkan dengan individu atau gaya kelompok etnis.” Gaya komunikasi interpersonal dapat dijelaskan dalam hal pengetahuan faktual atau sosial. Ada beberapa orang yang memiliki cara penyampaian pesan dengan menunjukkan tingkah laku atau sifat layaknya seorang penguasa. Sedangkan ada yang memiliki gaya komunikasi penurut dan tidak agresif.
4. Salah Satu Tujuan Komunikasi Antarbudaya adalah untuk Mengurangi Tingkat Kesalahpahaman
Sudut pandang komunikasi antarbudaya menekankan penyampaian pesan antarbudaya dapat meminimalisir keraguan terhadap karakter seseorang. Gudykunstt dan Kim menyatakan bahwa orang yang tidak saling mengenal berusaha untuk meminimalisir terjadinya miss communication dan mencegah terjadinya konflik. Ada tiga cara dan tahapan yang dilakukan dalam rangka menurunkan tingkat ketidakpastian yaitu melalui: Pertama, Pre-contact atau tahap pembentukan kesan melalui simbol-simbol verbal dan nonverbal. Kedua, kontak dan kesan awal merupakan tanggapan dari komunikasi pada pertemuan dan interaksi awal. Ketiga, menutup rapat yang berawal dari tertutup menjadi lebih terbuka melalui perasaan yang menggambarkan seseorang dan kepribadian yang berkembang kurang baik.
5. Komunikasi Berpusat pada Budaya
Edward T. Hall berpendapat “Komunikasi adalah budaya dan budaya adalah komunikasi”. Budaya, dinamika, dan juga komponen dapat menjadi aturan untuk mengubah komunikasi nonverbal.
6. Efektivitas Antarbudaya
Dapat dikatakan bahwa pertukaran pesan antarbudaya sesuai dengan upaya untuk mencapai tercapai tergantung dari proses komunikasi antarbudaya yang terjadi.
Tujuan Komunikasi Antarbudaya
Terdapat beberapa hal yang menjadi tujuan dari adanya komunikasi antarbudaya, yaitu sebagai berikut (Liliweni, 2004):
2. Menentukan faktor penghambat yang akan dihadapi saat bertukar pesan antarbudaya.
3. Melatih dan mengasah potensi dalam berkomunikasi secara langsung (verbal) dan nonverbal.
4. Menjadikan individu mampu berkomunikasi sesuai dengan etika dan tujuan komunikasi itu sendiri.
Fungsi Komunikasi Antarbudaya
Secara umum fungsi komunikasi antarbudaya memiliki dua fungsi, yaitu berikut ini:
1. Fungsi Pribadi
Fungsi Pribadi yaitu fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari diri individu. Fungsi pribadi dirinci dalam beberapa cara, yaitu (Priandono, 2016):
a. Mendeklarasikan Identitas Sosial
Identitas sosial diketahui dari asal-usul suku, agama, atau tingkat pendidikan seseorang. Mayoritas masyarakat Kampung Kepaon beragama Islam, oleh karena itu masyarakat menyatakan identitasnya dengan memakai jilbab dan peci. Masyarakat Hindu di Bali menyatakan identitasnya dengan menggunakan kamen dan udeng dalam ibadah sehari-hari. Tidak hanya melalui aspek bahasa, pengungkapan identitas individu juga dapat dilihat dari perilaku nonverbal.
b. Mendeklarasikan Integrasi Sosial
Integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi dan antarkelompok, tetapi tetap mengakui perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Fungsi integrasi dalam kebudayaan dapat ditandai dengan simbol-simbol perilaku komunikasi, misalnya memperbolehkan umat Islam untuk menjalankan aktivitas keagamaan sehari-hari di bawah aturan adat yang berlaku pada komunitas tersebut.
2. Fungsi Sosial
a. Pemantauan Sosial
Dalam setiap komunikasi antar budaya fungsi ini berguna untuk menginformasikan perkembangan mengenai lingkungan. Fungsi ini banyak dilakukan oleh media massa yang secara rutin menyebarluaskan perkembangan peristiwa yang terjadi dalam konteks budaya yang berbeda. Akibatnya, manusia pun ikut memantau perkembangan peristiwa dan berusaha mawas diri jika peristiwa itu juga terjadi di lingkungan sekitarnya.
b. Menjembatani Fungsi komunikasi yang Dilakukan Antara Dua Orang Yang Berbeda Budaya
Yaitu menjembatani perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani dapat dikontrol melalui pesan yang mereka tukarkan, keduanya menjelaskan interpretasi yang berbeda dari pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini juga dilakukan oleh berbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
c. Sosialisasi Nilai Fungsi
Sosialisasi nilai mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai budaya suatu masyarakat kepada orang lain.
d. Fungsi Menghibur
Fungsi menghibur juga sering muncul dalam proses komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya tidak hanya terbatas pada interaksi langsung atau bercakap-cakap. Tetapi dapat juga ditunjukkan melalui seni budaya tradisional, yang diharapkan dapat memberikan hiburan dan pengetahuan tentang suatu budaya.
Penutup
Kesimpulan
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memiliki latar belakang berbeda baik perbedaan suku, bangsa, agama, adat, ras, suku bangsa, dan sebagainya. Dengan adanya interaksi orang yang memiliki perbedaan khususnya berbeda budaya akan memberikan pengalaman baru dan nilai tambah untuk memahami budaya orang lain yang belum diketahui sebelumnya.
Komunikasi antarbudaya juga menjadi sarana untuk saling mengenal, bertukar pikiran, pendapat, pengalaman, dan budaya orang lain. Sehingga akan menambah pengetahuan, wawasan, dan dapat memahami perbedaan yang ada di sekitar serta memiliki hubungan sosial yang baik dengan orang lain.
Reference
Heryadi, H., & Silvana, H. (2013). Komunikasi Antarbudaya dalam Masyarakat Multikultur. Jurnal Kajian Komunikasi, 1(1), Article 1. https://doi.org/10.24198/jkk.v1i1.6034
Kementerian Agama RI. (2019). Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta: Departemen Agama.
Liliweni, A. (2004). Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyana, D., & Rakhmat, J. (2006). Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya (10 ed.). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Priandono, T. E. (2016). Komunikasi Beragama (1 ed.). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Post a Comment for "Asumsi-Asumsi Komunikasi Antarbudaya"
Post a Comment