Dakwah dalam Perspektif Sosiologi

By: Siti Aisyah

Dakwah dalam Perspektif Sosiologi

WAPSABLOGGER.ID - Islamic Center - Dakwah dalam perspektif sosiologi diartikan sebagai ilmu yang mengkaji upaya pemecahan masalah dakwah dengan pendekatan sosiologi. Kemudian yang dimaksud aspek sosiologi dakwah adalah masyarakat, karena dalam kegiatan dakwah terdapat hubungan dan pergaulan sosial yaitu hubungan antara pelaku dakwah dengan mitra dakwah. Sehubungan dengan itu perlu dikemukakan bahwa dalam pranata, kelompok sosial, dan proses sosial terdapat hubungan sosial atau secara teknis disebut interaksi sosial. Dari hasil interaksi sosial tersebut masyarakat harus dapat mengembangkan dan membentuk tingkah laku yang kemudian tumbuh, berkembang, dan mengembangkan sistem dakwah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dakwah dalam perspektif sosiologi menekankan pada kajian hubungan antara semua persoalan pokok dalam proses dakwah dan proses sosial (masyarakat).

Objek dakwah dalam perspektif sosiologi sama dengan objek sosiologi yaitu masyarakat. Dalam hal ini mad'u dilihat dari perspektif hubungan antar manusia, proses-proses yang timbul, dan dampak dari hubungan tersebut. Dakwah dianggap bagian penting dari pemikiran masyarakat, sehingga sosiologi diharapkan memiliki peran penting dalam pemikiran dakwah. Tugas dakwah menurut sosiologi adalah menjaga keharmonisan kehidupan masyarakat dan mendorong kemajuan masyarakat, hal ini sesuai dengan tujuan dakwah itu sendiri, kemaslahatan umat atau kemajuan masyarakat (Syamsuddin, 2013).

Hal ini berdasarkan firman Allah SWT. dalam QS. Ar-Ra’ad ayat 11. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ

Artinya: “Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Ar-Ra‘d [13]:11).

Dalam Hasyiyah Shawi disebutkan, dalam ayat ini Allah SWT mengisyaratkan bahwa Dia (Allah) tidak mengubah keadaan suatu bangsa yang sebelumnya memperoleh kesenangan dan kemakmuran menjadi kesengsaraan, kecuali bangsa itu sendiri yang mengubahnya, dengan berbuat zalim atau membiarkan seseorang berbuat zalim. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, Nabi Muhammad SAW. bersabda: “Jika manusia melihat orang yang zalim dan tidak menindaknya, maka sangat mungkin Allah akan menurunkan hukuman atas mereka semua.”

Penjelasan ini bisa dikaitkan dengan latar belakang sosial politik negara Iran, ketika Ali Syari'ati merumuskan pandangan sosiologisnya. Pemerintahan Syah Reza yang dianggap tirani tentu tidak mau dibiarkan begitu saja, agar kondisi bangsa tidak berujung pada kesengsaraan. Itulah alasan yang mendasari mengapa faktor internal merupakan faktor penting dalam perubahan sosial yang dirumuskan oleh Ali Syari'ati.

Referensi

Syamsuddin. (2013). Sosiologi Dakwah (1 ed.). Makassar: Alauddin University Pers.

Post a Comment for "Dakwah dalam Perspektif Sosiologi"